Trip Asia Tenggara (Singapura, Johor, Kuala Lumpur, Hanoi, Sa Pa)

Hai, semoga tidak terlambat untuk membagikan ini :) Di awal tahun 2024, aku dan temanku memutuskan untuk melakukan perjalanan keliling Asia Tenggara. Rencananya memang tidak berjalan sesuai harapan, tapi nggak apa-apa. Nanti kita coba lagi yaa 😉

Titavelling

6/16/20256 min baca

Jadi rencananya kami ingin mengunjungi Singapura, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Thailand. Kami berencana untuk menjelajah dari selatan ke utara, atau sebaliknya. Tetapi, karena beberapa kendala, rencana itu tidak berjalan sesuai harapan.
It's okay, gwenchana neng neng nong neng..  Alhamdulillah kami tetap bisa mengunjungi tiga negara dan enam kota. Sebenarnya Aku sudah pernah mengunjungi semuanya, dan menyenangkan rasanya bisa mengenang kembali perjalanannya.

Singapore

Kami memutuskan untuk memulai perjalanan dari Singapura karena lokasinya yang strategis. Diperjalanan ini kami ingin lebih banyak menggunakan jalur darat. Singapura kami rasa adalah pilihan terbaik, terlebih sangat mudah untuk lanjut ke Malaysia, dan cocok banget buat yang mau backpacking. Selain itu, karena negara ini kecil, perjalanan selama 2–3 hari biasanya sudah cukup. Kalau kamu baru pertama kali ke Singapura, aku sarankan untuk mulai dari Jewel, Marina Bay, dan area Fullerton untuk melihat Merlion. Setelah itu bisa lanjut ke Clarke Quay, cocok banget untuk day trip. Tapi kalau kamu punya waktu lebih, jangan lewatkan Little India, Kampong Glam, dan tentunya makan di pujasera adalah hal wajib! Aku sempat ke Maxwell Hawker Centre, dan Nasi Ayam Hainan di sana wajib banget dicoba — enak banget dan benar-benar worth it.
Kalau kamu suka alam, coba juga mampir ke Coney Island atau taman-taman lain di Singapura buat menikmati sisi tenangnya kota ini.

Berikut sekilas perjalananku selama 4 hari di Singapura.

Kali ini kami traveling santai — sekadar mengenang memori, bertemu teman-teman lama, dan lari pagi di sekitar Marina Bay.

Akomodasi di Singapura memang cukup mahal, apalagi setelah COVID😭

Kami menginap di Cube Boutique Hostel yang berada di Kampong Glam. Kami pilih hostel ini karena lokasinya strategis. Harganya sekitar $41 per malam atau sekitar Rp670.000 untuk 1 kapsul (khusus perempuan) dengan kamar mandi bersama.

Super mahal untuk ukuran hostel, tapi ya… ini Singapura 😢 Mau gimana lagi?

Hostel Booking - Cube Boutique Hostel
**Dengan menggunakan link kami saat kamu melakukan pemesanan, kami akan mendapatkan sedikit komisi (tanpa biaya tambahan untukmu) . Komisi ini membantu kami untuk terus membuat artikel gratis yang bisa membantumu traveling dengan lebih hemat dan menyenangkan.**

💡Tips Traveling: Mau hemat saat backpacking?
Menginaplah di pusat kota agar kamu tidak perlu menghabiskan waktu dan biaya ekstra untuk bepergian ke tempat-tempat dipusat kota. Memang, harganya bisa sedikit lebih mahal dan suasananya agak ramai, tapi kalau kamu oke dengan itu, hostel adalah pilihan yang tepat dan banyak tersedia di pusat kota.

Move forward, saatnya meninggalkan Singapura. Halo Johor!

Johor Bahru, Malaysia

Johor hanyalah tempat singgah, jadi kami hanya menghabiskan satu malam untuk beristirahat. Disini, kami habiskan waktu dengan bertemu dengan beberapa teman. Keesokan harinya, kami lanjut ke Melaka dengan naik bus.

Sebelumnya, aku pernah naik bus dari Singapura ke Johor, dan perjalanannya memakan waktu sekitar 2 jam. Kali ini, kami memutuskan untuk mencoba naik kereta dan total perjalanannya hanya 5 menit!

Proses imigrasinya juga cepat, setelah selesai dari imigrasi Singapura, langsung masuk ke imigrasi Malaysia. Lalu naik kereta, dan voila! Dalam waktu 5 menit, kereta sudah tiba di Johor dan bisa langsung keluar stasiun tanpa ribet.

Sekilas perjalanan sehari di Johor ✨
Menyebrang perbatasan naik kereta untuk day trip ke Johor — begini perjalanannya 🚊

Melaka, Malaysia

Melaka adalah kota tua bersejarah yang telah menjadi bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2008. Tempat ini cocok banget buat kamu yang ingin merasakan suasana nostalgia kota tua.

Kamu bisa mengunjungi Dutch Square, Gereja St. Paul, dan sisa reruntuhan benteng A Famosa, lalu berjalan santai di sekitar Jonker Street sambil menikmati area tepi sungai. Jangan lupa juga coba es cendol khas Melaka, ya!

Karena kami tiba di sana sore hari dan temanku sedang kurang enak badan, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat dan melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur keesokan harinya.

Kuala Lumpur, Malaysia

Awalnya, kami berencana untuk mengunjungi tempat-tempat seperti Penang dan Terengganu, tapi rencana itu akhirnya batal. Kami menghabiskan cukup banyak waktu di Kuala Lumpur. Seharusnya bisa langsung pergi ke Vietnam, tapi saat itu kami tidak tahu bahwa sedang berlangsung perayaan Têt (Tahun Baru Imlek), jadi kami terpaksa tinggal di Kuala Lumpur lebih lama.
Aku sudah lupa tepatnya, tapi seingatku, kami akhirnya menginap di KL kurang lebih selama satu minggu.

Kalau kamu berkunjung ke Kuala Lumpur, ini beberapa tempat yang aku rekomendasikan:

Pemberhentian pertama: KLCC. Kenapa?
Karena aku suka belanja, dan di sana ada Kinokuniya, salah satu toko buku favoritku! Selain itu, aku juga bisa santai di taman KLCC. Kamu juga bisa mampir ke Pasar Seni untuk melihat kerajinan lokal, aku pernah beli gelang di sana.
Karena sudah beberapa kali ke KL, jadi aku nggak punya daftar tempat wajib. Biasanya aku cuma jalan-jalan santai, mampir ke toko buku, ngopi dari satu kafe ke kafe lain, dan menikmati sepiring nasi lemak :).

Tapi kalau ini kunjungan pertamamu, coba deh mampir ke Batu Caves, Dataran Merdeka, atau Bukit Bintang.

Hanoi, Vietnam

Kami tiba di Hanoi pada hari ketiga perayaan Têt, dan suasana kota cukup sepi. Aku pernah ke sini sekitar tahun 2018 (kalau nggak salah), dan waktu itu sangat ramai, tapi kali ini aku merasakan pengalaman yang berbeda di Vietnam selama Têt. Untungnya, aku punya teman warga lokal di sini yang bisa menemani jalan-jalan dan menjawab pertanyaanku tentang situasi saat itu.
Selama Têt, aku hampir tidak melihat turis asing karena pergerakan dan aktivitas sangat terbatas. Toko, restoran, dan pasar banyak yang tutup.

Aku sarankan untuk memesan semua kebutuhan jauh-jauh hari dan menyediakan stok makanan sendiri kalau kamu berencana datang saat Têt.

Jujur, buatku ini pengalaman yang menyenangkan karena suasananya sangat tenang dan nggak ada macet sama sekali. Tapi kalau ini kunjungan pertamamu ke Vietnam, aku nggak terlalu merekomendasikan datang saat Têt, karena memang nggak banyak hal yang bisa dilakukan.

— Baca ini kalau kamu ingin tahu lebih banyak tentang Têt.

Dua hari kemudian, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Sa Pa. Saat itu sudah hari kelima perayaan Têt, jadi beberapa toko dan restoran mulai buka kembali, meskipun hanya dalam jam operasional yang terbatas.
Kami naik kereta malam dari Hanoi ke Lao Cai, lalu lanjut dengan minibus ke Sa Pa. Karena saat itu bulan Februari, cuaca di Vietnam utara cukup dingin. Memang sedang musim monsoon dimana angin dingin dan kering dari Siberia dan Tiongkok bagian utara bergerak ke selatan, membuat suhu menjadi lebih dingin. Ditambah lagi, lokasi Vietnam utara yang berada di ketinggian juga membuat udaranya semakin dingin.

Sebenarnya, saat aku masih di Kuala Lumpur, cuaca di Hanoi sempat buruk — berangin banget. Tapi untungnya, ketika aku sampai di sana, cuacanya sudah membaik. Masih dingin, tapi masih bisa ditoleransi. Aku cuma bawa satu hoodie dan satu jaket puffer, dan itu sudah lebih dari cukup 😊.

Sekilas perjalanan sehari di Hanoi
Hanoi Itinerary
Moments captured from Hanoi
Thang Long

Snapshots from Sa Pa: Kabut, dingin, dan suasana yang hening

Sa Pa📸
Sa Pa, Lao Cai
Cable Car to Fansipan
About Fansipan
Sleeper Bus from Sa Pa to Hanoi

Et voilà, itulah ceritaku. Perjalanan ini tidak selalu berjalan mulus, meskipun mungkin terlihat sempurna di media sosial. Tapi setiap hal yang terjadi adalah bagian dari petualangan—membantuku mengenal diri sendiri dan menemukan seperti apa tipe traveler-ku sebenarnya.

Okay, sampai jumpa di cerita selanjutnya 😊!

Sa Pa, Vietnam

Dari Lao Cai ke Sa Pa, perjalanan dengan minibus memakan waktu sekitar 1,5 jam. Kami naik kereta malam dari Hanoi yang memakan waktu sekitar 6 jam, jadi tiba di Lao Cai sekitar pukul 5 pagi. Kalau nggak salah, aku sampai di Sa Pa sekitar jam 7 pagi.

Kami disambut oleh kabut tebal. Di sini, kabut bisa hilang dan muncul lagi dengan cepat, jarak pandang juga sangat terbatas. Sedikit catatan: kalau kamu ke Sa Pa saat musim dingin, ingat bahwa kebanyakan hotel tidak menyediakan pemanas ruangan. Biasanya hanya disediakan selimut listrik. Jujur, mandi di sini adalah hal yang paling aku hindari karena dinginnya, meskipun ada air panas😭.

Kami menghabiskan 4 hari di Sa Pa. Hari pertama cuma santai di hotel dan jalan-jalan di kota. Hari kedua, aku memutuskan untuk jalan kaki ke Desa Cat Cat. Setelah cari info di Google dan tanya ke pemandu lokal serta staf hotel, katanya cara terbaik ke Cat Cat itu dengan berjalan kaki. Kenapa? Karena waktu itu sedang Têt dan jalanan super macet di mana-mana.

Dengan kabut dan kemacetan, jujur aku nggak tahu arah, jadi aku cuma ikutin orang-orang yang juga jalan kaki ke Cat Cat Village, hehe.
Awalnya aku hampir booking pemandu lokal, tapi harganya lumayan mahal. Setelah baca beberapa review bahwa Cat Cat Village bisa dijelajahi sendiri, aku putuskan untuk nekat jadi petualang 😎. Sempat tersesat karena saking ramainya orang, aku nggak bisa menemukan gerbang masuk, dan terlalu malu buat nanya (aku introvert btw😅).

Singkat cerita, hari ketiga aku pergi ke Gunung Fansipan, puncak tertinggi di Vietnam dan seluruh Indochina (Vietnam, Laos, dan Kamboja), yang sering dijuluki “The roof of Indochina.” Di sini cuacanya super dingin. Aku pakai tiga lapis baju dan tetap aja rasanya nggak ada gunanya — dinginnya sampai ke tulang! Nggak kebayang gimana rasanya kalau turun salju di sini 🥶.

Pokoknya tempat ini wajib banget dikunjungi. Walaupun ramai turis, tapi siapa sih yang bisa nolak pemandangan seindah ini?